Tenang dalam diamnya, tapi lebih jelas dari
orang yang berbicara.
Bila diamnya terlalu lama, tergugahlah ia
oleh keharusan untuk bergerak.
Mulia kau,
Bila ia terjaga — hati.
Tenang kau,
Bila ia merendah — hati.
Segala tingkah dan perilaku terlahir bergantung
seperti apa hati itu terjaga.
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah bahawa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hati kita bagai tumbuhan yang perlu dipupuk, disiram dan
dirawat. Tatkala iman sedang baik seakan-akan tak ada yang lebih penting dari
amal soleh. Namun saat kita tidak istiqamah memupuknya, iman semakin lemah dan menurun,
sehingga amal soleh sangat berat untuk dilakukan.
Sebagai tempat iman, hati memang harus dijaga secara ekstra.
Sebab, jika ia busuk dan kotor, sudah pasti iman semakin menghindarinya. Hati
kita ini juga berada didalam genggaman Allah. Hati kita ini, Allah yang pegang.
Allah boleh membolak balikkan hati kita mengikut kehendak-Nya.
Seharusnya kita perlulah sentiasa berusaha sekuat tenaga
untuk memperbaiki dan menjaga serta memelihara hati kita agar tetap istiqamah
dalam melakukan amal kebaikan. Hati kita ini ibarat cermin, harus sentiasa
dibersihkan agar terus bersinar dan berkilau. Hati seorang muslim itu harus
bersih, jernih dan bercahaya.
Hati yang kita miliki hanya kita dan Allah sahaja tahu
keadaannya. Kita jugalah yang perlu menjaga dan membersihkannya. Dan janganlah
kita biarkan dosa-dosa menghampiri dan mendekati hati kita.
Jadi marilah bergegas menuju redha Allah melalui segala
sesuatu yang membuat-Nya redha kepada kita. Cukup sudah sampai disini, kembalilah.
Semangatkan kembali dalam beribadah kepada Allah.
“Moga selalu merendah dan terjaga — hati.”
No comments:
Post a Comment